Tuesday, February 23, 2010

Natural Stone Workshop

Apa yang menyebabkan rumah dan bangunan di Pulau Bali terlihat bernilai seni tinggi? Jawabannya sangat sederhana : Orang Bali gemar memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya. Menggunakan sesuatu yang dekat membuat apapun seakan menyatu dengan penggunanya.

Lokalitas. Mungkin itulah kata kunci sekaligus tiket yang mengantarkan Arsitektur Bali kerap menjadi turis di mancanegara. Lokalitas menghargai apa yang ada di sekitarnya.

Berangkat dari semangat menghargai kedekatan (lokalitas) dan hasrat untuk memberi nilai tambah bagi kekayaan rimba geologis Pulau Dewata, Gede Kresna Works didirikan untuk mengolah bebatuan yang digunakan sebagai material arsitektur Bali.

Salah satu batu alam yang cukup populer di Bali adalah Batu Serai. Batu ini berwarna kekuningan, teksturnya keras dan berpasir. Utamanya digunakan untuk dinding. Batu ini dapat dipasang dengan beberapa style, diantaranya :

i. Bronjol (Gelondongan) Style
Material dipasang apa adanya dan disusun sedemikian rupa tanpa pola yang baku.

ii. Random Pattern
Sebelum dipasang material dibelah dengan mesin hingga diperoleh kepingan-kepingan random yang disusun satu sama lain mengikuti sisi di sekitarnya.

iii. Size Pattern
Serupa dengan random pattern, tetapi semua ukuran fixed, misalnya 20x20 cm, 15x25 cm dan sebagainya.

iv. Sisik Ikan Style
Dipasang manual seperti Bronjol Style, tetapi tiap keping batunya dipola seperti sisik ikan.

Paras Kerobokan adalah intepretasi kebersahajaan bangunan-bangunan yang ada di Bali. Warnanya yang cenderung abu-abu gelap mencitrakan kerendahatian, kontemplasi, sekaligus keramahtamahan yang membuat setiap bangunan menjadi sosok rumah yang menentramkan.
Umumnya Paras Kerobokan digunakan untuk dinding bangunan, baik rumah maupun pagar. Di beberapa tempat material ini juga digunakan untuk lantai.



Paras Taro merupakan material paling natural yang ada di Bali. Warna dan teksturnya benar-benar sama dengan tanah karena paras ini memang benar-benar tanah. Di Bali dikenal dengan nama Paras Tanah Taro.
Biasanya digunakan untuk pelapis dinding, yang membuat dinding seakan terbuat dari bahan tanah yang sangat alami. Karena agregat dan kepekatan tanah cukup, material ini juga bisa diukir untuk memberikan kesan tradisi yang lebih kental.

Paras Gerana berwarna merah dan ungu. Biasa digunakan sebagai aksen pemanis paras yang lain yang ada di Bali. Namun tak jarang material ini dipergunakan sebagai penutup bangunan secara utuh, seperti pagar, dinding rumah dan beberapa bangunan lainnya.

Lava Stone adalah lahar panas Gunung Agung di Kabupaten Karangasem yang sudah mengeras karena mengalami proses pendinginan selama bertahun-tahun. Di Bali dikenal dengan istilah Batu Tabas. Penggalian batu ini bernilai ganda, selain dimanfaatkan sebagai bahan material, juga membebaskan tanah dari “hama” bebatuan sehingga tanah yang tadinya tidak produktif dapat ditanami kembali.

Saat ini Lava stone banyak dipakai sebagai bangunan suci, candi, tugu dan lain-lain, namun tak jarang juga digunakan untuk bangunan biasa. Karakternya yang keras dan warnanya yang hitam membuat material ini begitu diminati bahkan untuk dieksport ke mancanegara.

Batu Bata Gosok Bali


Batu bata Bali diproses dengan cara yang unik. Sebelum dipasang batu bata dibelah menjadi 2 bagian. Keduanya lalu diserut menjadi ukuran yang sudah ditentukan. Untuk memasang atau menempelkannya ke dinding tidak menggunakan semen. Cukup digosok-gosokkan ke sesamanya dengan sedikit air, tanah liat pembentuknya akan merekatkannya. Cara ini telah berlangsung selama ratusan tahun dan menjadi salah satu ciri khas bangunan tradisional Bali.

Batu bata yang digunakan adalah batu bata khusus dengan agregat yang lebih halus daripada batu bata umumnya dan melalui pembakaran yang tertentu pula. Itu sebabnya batu bata ini menjadi jauh lebih mahal daripada batu bata biasa.

Namun bukan berarti semua bangunan bata di Bali menggunakan batu bata khusus. Batu bata biasa digunakan untuk membuat bangunan yang terekspose. Caranya hampir sama yaitu melalui proses penyerutan untuk mendapatkan ukuran batu bata yang sama satu sama lainnya. Berbagai bangunan seperti pagar rumah, candi bentar, angkul-angkul (gate) dan lain-lain dibuat dengan style ekspose dengan menggunakan batu bata biasa.

Selain batu-batu dan paras di atas, di Bali juga terdapat beberapa jenis batu yang lain seperti Batu Pilah, Paras Silakarang, Paras Belayu, Paras Kengetan, Lime Stone, Batu Lempeh dan lain sebagainya. Kecuali lime stone yang berwarna putih, batu-batu tersebut tersedia dalam jumlah terbatas, sedangkan paras-paras tersebut lebih banyak digunakan untuk patung dan bangunan-bangunan suci.

Batu Serai
Gelondongan : Rp 750.000/m3
Random 2,5 cm : Rp 110.000/m2
Size 12,5x25x2,5 cm : Rp 150.000/m2

Paras Kerobokan
Balok Standard 16x38x10 cm : Rp 4.000/bh
Size Standard 16x38x3 cm : Rp 3.500/bh
Size 30x50x5 cm : Rp 150.000/m2
Size 30x40x5 cm : Rp 140.000/m2
Size 35x35x5 cm : Rp 140.000/m2
Size 30x30x5 cm : Rp 130.000/m2
Stepping 35x35x10 cm : Rp 25.000/bh
Stepping 40x40x10 cm : Rp 25.000/bh
Stepping 30x50x10 cm : Rp 30.000/bh
Stepping 40x60x10 cm : Rp 50.000/bh

Paras Taro
Balok kecil 12x25x5 cm : Rp 3.000/bh
Balok Besar 15x30x5 cm : Rp 5.000/bh

Paras Gerana
Balok 13x35x10 cm : Rp 6.500/bh
Size 13x35x 2,5 cm : Rp 4.000/bh

Lava Stone
Size 20x20x5 cm : Rp 160.000/m2
Size 30x30x5 cm : Rp 175.000/m2
Rough Stepping 30x30x5 cm : Rp 25.000/bh
Rough Stepping 40x40x5 cm : Rp 35.000/bh
Rough Stepping 50x50x6 cm : Rp 45.000/bh
Rough Stepping 60x60x6 cm : Rp 60.000/bh

1 comment:

FootNote said...

mohon detail nya dong bli...
nomer telpon yang bisa di hubungi..?
Eka