Tuesday, September 21, 2010

10 Fakta Menarik tentang Telur



Untuk mengenal lebih dekat sumber gizi yang murah ini, simak 12 fakta menarik tentang telur yang mungkin belum Anda ketahui.

1. Telur mempunyai nilai kegunaan protein (net protein utilization) 100 persen. Bandingkan dengan daging ayam (80 persen) dan susu (75 persen).

2. Kulit telur terbuat dari kalsium karbonat yang juga merupakan bahan dasar utama beberapa jenisantacids. Sekitar 9-12 persen berat telur terdiri dari kulitnya. Kulit telur juga memiliki pori-pori sehingga oksigen bisa masuk dan karbon dioksida serta hawa lembab keluar.

3. Putih telur terbuat dari protein yang disebut albumen dan juga mengandung niasin (vitamin B3), riboflavin (vitamin B2), klorin, magnesium, potasium, sodium dan sulfur. Putih telur ini mengandung 57 persen dari protein telur.

4. Warna kuning dari telur ditentukan oleh makanan ayam betina. Makin banyak padi-padian yang memiliki pigmen kuning dan oranye yang dimakan si ayam betina, makin kentallah warna kuning telurnya.

5. Warna telur juga bervariasi sesuai usia dan faktor lainnya. Menurut Egg Safety Center, Amerika, warna putih telur yang agak keruh justru menandakan bahwa telur itu segar. Warna putih yang jernih menandakan telur itu berasal dari ayam yang sudah tua. Hindari mengonsumsi telur yang warna putih agak merah muda atau berubah warna lain.

6. Terkadang ada sedikit darah dalam telur. Darah ini berasal dari pembuluh darah di kuning telur yang pecah. Namun, telur ini tetap aman dikonsumsi.

7. Ketika ditetaskan, suhu telur sekitar 40,5 derajat celsius. Semakin dingin, cairan di dalamnya akan mengendap dan terbentuk sel udara di antara dua lapisan telur.

8. Seekor ayam betina mampu bertelur 250-270 telur setiap tahunnya.

9. Sebagian besar rakyat Amerika lebih menyukai telur ayam yang berwarna putih. Di Indonesia, telur ayam kebanyakan berwarna coklat.

10. Dibandingkan dengan telur ayam, telur itik memiliki bau yang lebih amis dan kulitnya memiliki pori yang lebih besar sehingga lebih cocok dijadikan telur asin.

Cewek Bodi "Curvy" Lebih Menarik?

Memiliki tubuh indah bak gitar Spanyol adalah anugerah bagi kaum Hawa. Namun, mereka yang bertubuh indah harus hati-hati mencari pasangan. Menurut penelitian, pria yang mencari kencan sesaat cenderung mengabaikan wajah cantik dan lebih melihat pada kemolekan tubuh.

Riset para ahli di Universitas Texas, Austin, Amerika Serikat, menyatakan, lelaki yang mencari hubungan sesaat cenderung mengabaikan bentuk wajah perempuan. Mereka hanya murni melihat pada bentuk tubuh.

Meski bentuk tubuh dan penampilan wajah dikenal sebagai indikator kesuburan, kemolekan akan membuat pria menilai langsung potensi kecocokan untuk berpasangan.

Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Evolution and Human Behaviour ini melihat reaksi 375 pria dan wanita yang diminta mengajak kencan lawan jenisnya, tetapi dengan wajah atau tubuh yang telah dikaburkan. Relawan pria diminta memilih antara wanita berwajah cantik atau bertubuh molek ataucurvy.

Hasilnya menunjukkan, pria lebih memilih wanita bertubuh molek untuk berkencan, sementara mereka memilih wanita cantik untuk hubungan jangka panjang.

"Pria lebih sering menghindari wanita yang bertubuh curvy untuk berhubungan jangka panjang. Pria memprioritaskan wanita berwajah cantik untuk hubungan jangka panjang dan mementingkan bentuk tubuh saat memilih hubungan sesaat."

"Baik bentuk tubuh maupun wajah dapat memberikan petunjuk bagi nilai reproduktif dan tingkat kesuburan wanita. Tetapi penelitian menunjukkan, pria mencari wanita bertubuh bagus ketika mencari pasangan untuk jangka pendek," tulis para ahli dalam jurnal tersebut.

Para peneliti mengatakan, berbagai riset sebelumnya, seputar daya tarik fisik, selalu meneliti pada hal-hal yang membuat wajah dan bentuk tubuh menarik, seperti faktor simetris, tekstur kulit, dan rasio pinggang-panggul. Namun, hanya sedikit dari riset itu menekankan pada petunjuk reproduktif yang relevan yang disampaikan lewat wajah dan tubuh sebagai satu kesatuan.

Didasarkan teori yang menyatakan fertilitas lebih mudah dinilai dari tubuh wanita dibanding wajahnya, riset di Texas ini menguji hipotesis tersebut bahwa pria yang berniat melakukan hubungan jangka pendek cenderung memprioritaskan bentuk tubuh wanita dibandingkan tampilan wajahnya.

Sementara itu, wanita justru berbeda dengan pria. Pada kondisi kencan apa pun, selera wanita tidak terpengaruh. Kaum Hawa secara konsisten cenderung lebih mempertimbangkan wajah dibandingkan bentuk tubuh pria.

Para peneliti percaya, wajah seorang wanita menyediakan informasi yang relatif lebih kaya akan nilai reproduktif mereka. Sebaliknya, tubuh wanita lebih kuat mengisyaratkan nilai kesuburannya.

Namun, dua dimensi puncak ini berada pada usia yang berbeda, yang berarti tidak mungkin seorang wanita yang secara bersamaan berada pada puncak nilai reproduktif dan kesuburan. Dalam populasi manusia, puncak dari nilai reproduktif sekitar 17 tahun, sedangkan puncak kesuburan sekitar 24 tahun.

Friday, September 17, 2010

Thierry Henry, One Of France's All-Time Greats

All good things must come to an end, and thus 32-year-old Thierry Henry drew the curtain on what has been an illustrious international career on Thursday afternoon. The circumstances surrounding the forward’s decision to quit the France set-up were as disappointing as his decision was unsurprising, but in time ‘Titi’ will look back on a spell with les Bleus spanning 13 record breaking years and including two major competition victories.

Less than 24 hours after his move to MSL outfit New York Red Bulls was confirmed, Henry, still carrying the scars of a disappointing World Cup campaign in South Africa, which followed a turbulent season on a personal basis, announced his decision to quit the international scene.

Over the course of the last 12 months, Henry has been battered from all angles. Criticized and as yet unforgiven by many fans worldwide for his infamous part in France’s qualification to the World Cup finals, the attacker endured one of the most difficult periods of career while in South Africa with les Bleus. Stripped of the captaincy pre-tournament by coach Raymond Domenech, who made it clear that Henry was not good enough to be in the team, the veteran was forced to watch on from the bench. Even when finally deployed in the les Bleus’ final game against Bafana Bafana, matters went awry as France were comfortably beaten. It was to be Henry’s last stand in the Maillot du Coq.

But it was not always like this for Titi, who has proven himself to be one of the international game’s very best over the early part of the third millennium.

A starry-eyed 20-year-old when he debuted for France in 1997 against South Africa, Henry was immediately thrust into the starting XI of a side containing many greats. Playing alongside the likes of Laurent Blanc, Didier Deschamps and Zinedine Zidane, Henry would cut his teeth with some of the very best France ever had to offer before raising his own game to such an echelon in the ensuing decade.

It would be on the greatest stage that Henry struck his first international goal, and again it would be against Bafana, albeit several months later in World Cup action. The young forward was by no means a regular for France at this stage, and despite finding the net twice against Saudi Arabia later in the competition his would be a largely peripheral role as Aime Jacquet’s men conquered the planet on home side.

Two years later, despite a fairly modest return in terms of goals, Henry had established himself in the France starting XI, scoring four times for les Bleus as they complimented their world title with the European crown.

Having tasted nothing but success on the international scene to this point, the now Arsenal striker hit a deep trough along with his team-mates in 2002, when France were infamously bundled out of the World Cup in Japan and Korea without so much as scoring a goal. For Henry this was also a personal tragedy as he was dismissed in the second encounter against Uruguay, rendering himself unable to help his cohorts in the decisive final encounter against Denmark.

By the time he had chalked up his 40th cap, Henry was on course for a fairly unremarkable international career in terms of personal statistics. He had scored only 12 international goals, though he was about to explode into one of the most feared scorers on the planet.

From the autumn of 2002 until November of 2003, Henry became almost unplayable when he pulled on France’s blue. In 16 appearances, he would score 13 goals, acquiring the Confederations Cup in the process.

Though another lull would follow in time for a disappointing Euro 2004, Henry’s role in the side was given increased importance under Raymond Domenech, and with Zidane still in his pomp and goals flowing freely in the Premier League, the Frenchman again became prolific. The goals all came in ones, but they were vital in helping les Bleus through to the World Cup final, which was ultimately lost on penalties, the Gunner having been withdrawn before the end of extra-time.

In the post Zidane-era, Henry stepped into the spotlight further, almost carrying les Bleus single-handedly at times as he somehow managed to weather the storm of Raymond Domenech’s mediocre management. His six goals in European Championship qualifying were vital in guiding France to Austria and Switzerland, where Domenech’s negativity proved too much and the side again slumped, with the now-Barcelona forward rarely getting a chance to shine.

That campaign would prove something of a watershed for Henry, who had by that time broken Michel Platini’s all-time scoring record for France by netting the decisive strikes in a win over Lithuania. He would never be the same again for les Bleus, scoring only three times in his last 16 internationals as he effectiveness gradually waned and his team-mates became increasingly dispelled by the regime.

History may well remember Henry as the man who illegally handled Ireland out of the World Cup play-offs, but in reality the striker deserves so much more than that. One of the great French forwards in his day, images of Titi scoring decisive goals for les Bleus are far more representative of a career he should reflect on with just pride.